Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Indonesia selama 2023 alami penurunan sebesar 6,55% menjadi US$ 221,89 miliar. Pada 2022, impor Indonesia mencapai US$237,45 miliar.
“Sepanjang tahun 2023 total impor US$ 221,89 miliar atau turun 6,55% dibandingkan tahun 2022,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini dalam konferensi pers, Senin (15/1/2024).
Dari total impor tersebut, BPS mencatat impor sepanjang 2023 adalah impor tertinggi terjadi pada bahan baku penolong. Jika dirinci, mesin atau peralatan mekanis dan bagiannya mencapai US$ 32,16 miliar atau tumbuh 1,85% sepanjang 2023. Total share impor ini mencapai 14,49%.
Posisi ini diikuti oleh mesin atau perlengkapan elektrik dan bagiannya US$ 25,78 miliar. Namun, pertumbuhannya minus 2,33%. Selanjutnya, impor besi dan baja sebesar US$ 11,38 miliar dan kendaraan dan bagiannya US$ 10,20 miliar. Kemudian, impor plastik dan barang dari plastik mencapai US$ 9,40 miliar.
Lebih lanjut, jika dilihat secara nilai, serelia menjadi barang impor yang nilainya meningkat tajam. Impor RI untuk serelia meningkat 33,61% menjadi US$ 5,95 miliar sepanjang 2023.
Kemudian, disusul oleh kendaraan udara dan bagiannya US$1,03 miliar, naik 240,72% dan piranti lunak, barang digital dan barang kiriman mencapai US$ 550 juta, melesai 374,92%. Komoditas lainnya yang nilai impornya melesat, yaitu kapal, perahu dan struktur terapung US$ 1,19 miliar atau naik 50,27% dan bijih logam, terak dan abu mencapai US$ 1,73 miliar atau 20,71%. https://asiafyas.com/