Jakarta, CNBC Indonesia – Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka memiliki salah satu program unggulan, yakni membagikan susu gratis. Namun, Indonesia ternyata masih banyak mengimpor susu dari sejumlah negara seperti Selandia Baru dan Australia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang 2023 Indonesia mengimpor susu dengan nilai mencapai US$ 921.425.519 atau setara Rp 14,324 triliun (kurs Rp 15.546). BPS mencatat angka tersebut setara dengan volume impor yang mencapai 287 ribu ton.
Negara yang paling banyak memasok susu ke Indonesia adalah Selandia Baru dengan nilai US$ 493 juta. Di urutan kedua ada Amerika Serikat dengan nilai impor sebesar US$ 210 juta. Disusul di urutan ketiga adalah Australia dengan nilai impor mencapai US$ 81 juta, lalu Belgia dengan nilai impor US$ 53 juta dan Malaysia dengan nilai impor US$ 20 juta.
Pada 2022, jumlah impor susu Indonesia bahkan lebih besar. Tahun lalu, total impor susu Indonesia dari sejumlah negara mencapai US$ 1,307 miliar. Secara volume, susu yang diimpor ke Indonesia mencapai 338 ribu ton.
Tim riset CNBC Indonesia memperkirakan anggaran yang dibutuhkan untuk menjalankan program bagi-bagi susu gratis ini akan mencapai Rp 44,36 triliun per tahun. Perkiraan ini didasarkan pada jumlah murid di Indonesia sebanyak 57,98 juta orang dan jumlah hari sekolah, yaitu 255 hari per tahun. Perkiraan juga dibuat berdasarkan harga susu Rp 3.000 per kemasan.
Program pembagian susu gratis memang menjadi salah satu program prioritas Prabowo-Gibran. Untuk menjalankan program ini, Prabowo pernah mengungkapkan berencana mengimpor 1 juta hingga 1,5 juta sapi. Dia mengatakan jumlah tersebut akan memenuhi kebutuhan minimal sapi untuk memproduksi susu, yaitu 2,5 juta ekor.
Anggota Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Drajad Wibowo meyakini program ini bisa mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Dia mencontohkan pemberian susu gratis akan membuat pemerintah harus membeli produk tersebut dari para peternak. Dengan demikian, program susu gratis ini akan menggerakkan roda perekonomian di sentra-sentra produksi susu, termasuk koperasi.
“Jadi bisa dibayangkan untuk memberikan susu gratis kepada sekian puluh juta anak SD itu kita memerlukan suplai susu yang besar sekali, berapa banyak peternak sapi yang harus kita berdayakan, sentra produksi susu, kemudian koperasi, jadi ini akan memutar ekonomi secara cepat,” kata Drajad. https://merujaksore.com/