Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak dibuka lebih tinggi pada perdagangan pagi hari ini, setelah perdagangan yang bergejolak pada hari sebelumnya di tengah konflik Timur Tengah yang masih belum stabil.
Pada pembukaan perdagangan hari ini Selasa (16/1/2024), harga minyak mentah WTI dibuka menguat tipis 0,01% di posisi US$72,8 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent dibuka naik 0,13% di posisi US$78,22.
Pada perdagangan Senin (15/1/2024), harga minyak mentah WTI ditutup menguat 0,15% di posisi US$72,79 per barel, sementara harga minyak mentah brent terkoreksi 0,22% ke posisi US$78,12 per barel.
Harga minyak sedikit bergejolak pada perdagangan Senin karena dampak terbatas konflik di Timur Tengah terhadap produksi minyak mentah, mendorong aksi taking profit setelah benchmark minyak naik 2% pada minggu lalu.
Beberapa pemilik kapal tanker menghindari Laut Merah dan beberapa kapal tanker mengubah arah pada hari Jumat setelah AS dan Inggris melancarkan serangan terhadap sasaran Houthi di Yaman setelah serangan kelompok yang bersekutu dengan Iran terhadap kapal-kapal sebagai tanggapan terhadap perang Israel melawan Hamas di Gaza.
Konflik tersebut juga menghambat setidaknya empat kapal tanker gas alam cair yang melakukan perjalanan di wilayah tersebut.
“Realisasi bahwa pasokan minyak tidak terkena dampak buruk menyebabkan pembeli mengambil keuntungan pada minggu lalu, dan penurunan ini agak diperburuk oleh dolar yang sedikit lebih kuat,” ujar Tamas Varga dari pialang minyak PVM, dilansir dari Reuters.
Kepala perunding Houthi Yaman pada hari Senin memperingatkan bahwa serangan terhadap kapal-kapal yang menuju Israel akan terus berlanjut. Sebuah rudal balistik anti kapal yang ditembakkan oleh militan Houthi menghantam kapal kontainer berbendera Kepulauan Marshall, yang dimiliki dan dioperasikan oleh AS pada hari Senin, menurut militer AS dalam sebuah postingan di platform media sosial X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
Sejauh ini tidak ada kehilangan pasokan minyak, namun gangguan pengiriman secara tidak langsung memperketat pasar dengan menahan 35 juta barel di laut karena perjalanan yang lebih jauh yang harus dilakukan oleh pengirim barang untuk menghindari Laut Merah.
Di Libya, masyarakat yang memprotes dugaan korupsi mengancam akan menutup dua fasilitas minyak dan gas lagi setelah menutup ladang Sharara yang berkapasitas 300.000 barel per hari pada 7 Januari.
AS dan Kanada sedang menghadapi cuaca dingin yang menghambat produksi minyak. Produksi minyak Dakota Utara telah turun 400.000-425.000 barel per hari karena cuaca dingin ekstrem dan masalah operasional terkait, demikian perkiraan Otoritas Pipa Dakota Utara pada hari Senin.
“Cuaca dingin berdampak pada produksi, namun (harga) tampaknya turun karena persepsi bahwa cuaca dingin ini akan segera berakhir,” ujar Phil Flynn, analis Price Futures Group di Chicago, dilansir dari Reuters.
Situasi perekonomian juga masih suram, Bank Sentral Eropa (ECB) memperingatkan bahwa masih terlalu dini untuk membahas penurunan suku bunga. https://darsalas.com/